Jumat, 20 November 2015

TIDAK BERHARI DEPAN 3

"Makna ke tiga dari Edom adalah: tanah yang di duduki Esau sebekumnya bernama Seir (kej. 32:3;36:20-21,30; Bil. 24:18"

"Sesudah itu Yakub menyuruh utusanya berjalan lebih dahulu mendapatkan Esau kakaknya ke 
tanah Seir daerah Edom."
Sebenarnya sejak dalam kandungan sudah dinyatakan bahwa yang layak untuk mendapatkan hak kesulungan itu bukan Esau tetapi Yakub, sekalipun dia adalah anak sulung dari Ishak, tetapi hak prerogatifnya harus dikembalikan kepada ALLAH yang empunya kuasa di Surga dan di bumi.Tidak ada satu orang pun atau kelompok manapun yang sanggup menghalangi panggilan atau pilihan DIA terhadap seseorang.

Panggilan ALLAH melampauhi hukum dunia ini maupun adat istiadat masyarakat yang ada, Firman TUHAN kepadanya:"Dua Bangsa ada dalam kandunganmu dan dua suku Bangsa akan berpencar dari dalam rahimu, suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda."  Sup kacang merah yang ditukarkan dengan hak kesulungan menurut pandangan manusia memang hal yang sangat bodoh karena hak kesulungan itu berkaitan dengan hak hidup baik saat ini atau jangka pendek (dirinya sendiri) maupun jangka panjang (anak cucu). Sedangkan sup kacang merah adalah gambaran prakmatisme (keinginan jangka pendek) dan hidupnya sendiri, pada hal hak kesulungan itu berkaitan dengan warisan dari orang tua berkenaan dengan tanah untuk dia dan keturunanya ternaknya berdomisili atau tinggal tetap. Oleh karena itu tanah bagi manusia itu sangat penting, apabila seseorang tidak mempunyai tanah akan sangat menyulitkan bagi diri sendiri baik sat ini maupun dimasa yang akan datang sampai dengan anak cucu. Karena tanah itu ada hubunganya dengan hidup yang berkelanjutan karena menyangkut hak pokok yaitu tempat tinggal (rumah), makanan, minuman dan sandang (pakaian) dari dahulu, sekarang sampai bumi belum lenyap manusia tetap akan memerlukan tiga hal itu.

Tetapi kalau hak kesulungan itu dilihat dari kacamata ALLAH "rencanamu bukanlah rencanaKU dan rencana ALLAH bukanlah rencana kecelakaan tetapi rencana damai sejahtera," dalam hal hak kesulungan manusia boleh memilih dan menentukan siapapun entah itu anak sulung anak bungsu anak angkat dan anak-anak yang lain dengan aturan yang dibakukan tetapi ALLAH yang menjadi penentu. Hak kesulungan bagi NYA tidak selalu mengacu atau berafiliasi kepada pikiran dan anggapan manusia yaitu anak pertama dari pasangan suami istri namun kehendak dan rencana DIA tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun, yang perlu manusia camkan dan harus diketahui bahwa hak kesulungan itu bukan hak yang bisa dipergunakan untuk bermain-main, dipertukarkan dan diperjual-belikan seperti kasusnya Esau yang menukarkan hak kesulunganya kepada Yakub dengan semangkok sup kacang merah. Barang siapa yang menukarkan hak kesulungan bisa dikatakan dia mempermainkan-NYA dan menganggap bahwa hak kesulungan itu tidak penting, barang siapa mempermainkan hak kesulungan itu sudah bisa dipastikan bahwa dia tidak akan mempunyai hari depan yang gilang gemilang,

Esau adalah pribadi yang tidak punya pandangan hidup yang jelas sehingga yang dilihat hanya sesuatu yang nampak didepanya karena cara melihatnya dengan kaca-mata jasmani (mata telanjang) karena mata jasmani itu tidak bisa memandang sesuatu yang lebih jauh dan mata jasmani bisa menipu contoh: manusia melihat gunung dari kejauhan akan nampak indah tetapi ketika didekati akan berbeda karena menjadi jelek. Karena mata jasmani itu, kemampuanya untuk melihat sangat dibatasi oleh banyak hal yaitu ruang dan waktu. Pandangan manusia bisa dibatasi oleh waktu, manusia dalam posisi saat ini tidak bisa melihat ke belakang dan tidak bisa melihat hari esuk dalam waktu yang bersamaan, maka dari itu manusia harus sadar bahwa dia adalah manusia yang tidak sempurna, apa lagi setelah jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan ALLAH. Ia jelas tidak akan bisa menolong dirinya sendiri untuk keluar dari belenggu itu sehingga dia mutlak membutuhkan pertolongan dan perlindungan Dia. Seperti kata Pemazmur "ajar kami menghitung hari hari kami sedemikian sehingga kami beroleh hati yang bijaksana", apa yang dilakukan oleh Esau menukarkan hak kesulungan dengan roti dan sup kacang merah adalah tindakan bodoh dan tidak bijaksana sehingga mempersulit dirinya sendiri di kelak kemudian hari karena akan mengancam hak kesulunganya. Memang dalam hal ini kedua orang tua memiliki pilihanya masing-masing, dengan kata lain mereka tidak satu suara dalam menentukan siapa yang akan menerima hak kesulungan. "Esau menjadi seorang yang pandai berburu seorang yang tinggal dipadang, tetapi Yakub adalah tenang yang suka tinggal dirumah. Ishak suka kepada Esau sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ripka istrinya kasih kepada Yakub. Mengapa Ishak lebih kasih kepada Esau sudah jelas alasanya karena ia dimanjakan dengan daging buruan oleh Esau, dalam ralita kehidupan manusia, perhatian yang inten kepada orang lain bisa mempengaruhi pikiran, perkataan dan tindakan kasih. Rupanya Esau tau kalau Ishak ayahnya gemar makan  daging buruanya sehingga kelemahan itu dimanfaatkan dengan baik untuk mengarahkan kisihnya itu kepadanya.

Sementara itu Ripka sangat menyayangi Yakub karena dia adalah seseorang yang berpembawaan tenang dan suka tinggal di rumah (orang rumahan), seorang ibu dan perempuan yang lainya biasanya menyukai anak laki-laki yang berkarakter seperti Yakub itu. Pada saat persaingan mendapatkan hak kesulungan itu usia Ishak sudah lanjut dan penglihatanya sudah jauh berkurang yang mengarah kepada tidak bisa melihat sama sekali. Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi Esau sehingga ia bekerja sendiri mempertahankan hak kesulunganya, tetapi sebaliknya Yakub sangat diuntungkan dan berada diatas angin karena eksekutor penentu siapa yang berhak sebagai anak sulung yang mendukung Esau sekarang mengalami permasalahan yang sangat merugikanya. Hal itu jelas akan dimanfaatkan Ripka yang pada dasarnya mendukung Yakub, tentunya dia akan melakukan apa saja yang penting anak yang sangat dikasihi mendapatkan hak kesulungan sekalipun dengan cara-cara yang tidak benar. Demi mendapatkan apa yang diinginkan manusia dapat melewati batas-batas yang telah ALLAH tetapkan dalam Firman-NYA dengan cara-cara curang dengan melakukan penipuan. Pristiwa itu diawali dari perintah Ishak kepada Esau supaya berburu seekor binatang lalu memasaknya yang enak karena ia gemar terhadap hewan buruan. Sementara itu Ripka  mendengarkan apa yang mereka bicarakan berdua lalu berkatalah ia kepada Yakub: "Telah ku dengar ayahmu berkata kepada Esau kakakmu bawalah bagiku seekor binatang buruan dan olahlah dan olalahlah bagiku makanan yang enak supaya ku makan, supaya aku memberkati