Rabu, 30 November 2016

KAMU MAU PILIH YANG MANA BAG. 8

SENTUHLAH DENGAN BELASKASIHAN

Berkaitan dengan kasih, Injil Matius dan Markus isinya hampir sama sehingga disebut kitab sinopsis tetapi Lukas di dalam menulis tentang kasih agak berbeda karena disatukan dengan orang Samaria yang murah hati, makanya ia menulisnya langsung kepada iplementasi karena memang Injil Lukas ditujukan bukan kepada orang Yahudi.

Siapa orang Samaria?
Samaria adalah ibu kota Israel utara sejak raja Omri pada tahun 744 SM, penduduk dan agamanya dicampur dengan bangsa dan agama lain oleh tentara kerajaan Azyur. Dalam Perjanjian Baru daerah Samaria ada diantara Galilea sebelah utara dan Yudea sebelah selatan, penduduknyapun sangat dibenci oleh masyarakat Yahudi karena perbedaan agama dan kebiasaan.
Lukas menulis tentang ahli Taurat yang ingin mencobai TUHAN YESUS dan menayakan: "Guru apa yang harus ku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal"? jawab YESUS: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?Apa yang kau baca di sana? Jawab orang itu: "Kasilah TUHAN ALLAHmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".
Jawab YESUS kepadanya: "Jawabanmu itu benar, perbuatlah demikian maka engkau akan hidup," dan  untuk membenarkan dirinya   orang itu berkata kepada YESUS:"dan siapakah sesamaku manusia itu?
Dalam iplementasi kehidupan, orang yang dianggap pendosa adalah orang yang bersetatus sosialnya rendah tetapi gerakan kasih jauh lebih baik dari pada mereka yang bersetatus sosialnya tinggi dan tingkat ekonominya menengah keatas.

Seperti dalam cerita YESUS :"Ada seorang yang turun dari Yerusalem yang dirampok dan dipukuli penyamun dan hampir mati"
Disinilah ujian kasih, ketika melihat peristiwa ini, bagaimana tanggapan seorang imam yang kebetulan melalui jalan itu, "Ia nelihat orang itu tetapi ia melewatinya  dari seberang jalan" demikian juga ketika orang Lewi melalui jalan itu sikapnya tidak jauh berbeda dengan seorang imam yang hanya melewatinya dari seberang jalan. Tetapi berbeda ketika yang datang itu adalah orang Samaria yang sedang dalam perjalanan ke tempat itu, ketika ia melihat orang itu ia tergeraklah hatinya dengan belaskasihan.

Kalau kita melihat dari kacamata sosial kemasyarakatan seorang imam dan orang yang berasal dari suku Lewi yang seharusnya  tergerak dengan belas kasihan karena yang menerima pelajaran dan memiliki tanggung-jawab tentang hal itu. Imam adalah jabatan dalam umat Israel yang sangat penting perananya mempersembahkan korban mengadakan doa safaat dan memberi berkat. Tugas dan fungsi yang begitu penting serta peranan imam yang luar biasa dan sangat sentral   dalam setruktur peribadatan bangsa Israel, artinya imam adalah pribadi yang dekat dengan ALLAH, logikanya harus mempunyai belaskasihan diatas rata-rata dibanding dengan kaum yang lain. Namun dalam realita justru sebalinya mereka menjalankan kehidupan yang penuh kemunafikan dan tipu muslihat.  Dihadapan banyak orang ia berlaku seperti malaikat yang penuhdengan  belaskasihan, kesalehan, hal itu dilakukan supaya dilihat orang lalu dipuji dan dihormati.

Lewi (Orang-orang suku Lewi) yang mempunyai tugas untuk menyelenggarakan tugas kusus dalam menyelenggarakan ibadah di bait suci, yang menjadi pertanyaan, mengapa YESUS memunculkani pribadi Imam dan Lewi walaupun kalau dilihat dari tugas pokok dan fungsinya sama yaitu menyelenggarakan tata ibadah di bait suci. Dalam hal ini kata imam menunjuk satu pribadi (orang per orang) sebagai seorang imam yang tugasnya seperti yang tertulis diatas. Dengan memakai baju imam seharusnya tegak lurus antara yang ada dalam pikiran-yang ada dalam ucapan dan yang ada dalam tindakanya, tetapi kehidupan imam pada zaman TUHAN YESUS hidup di dunia berbanding terbalik dengan yang seharusnya.

Bahwa belaskasihan kepada orang lain itu muncul dalam diri itu bukan karena jabatan, setatus sosial yang tinggi, kepandaian, harta benda kemewahan tetapi belaskasihan muncul karena panggilan karena muncul dari hati nutani dan karena iman dan takut kepada ALLAH. Berbicara masalah Lewi bukan hanya persoalan pribadi yang utuh tetapi berbicara Lewi mewakili sesuatu hal yang lebih luas karena mewakili suku yang dikususkan oleh DIA untuk menata penyelenggaraan peribadatan di bait suci. Suku Lewi adalah suku tempat itu berasal, seharusnya mereka sadar bahwa mereka membawa kuk atau beban, membawa nama baik   suku Lewi dalami mereka dalameksistensi dalam hubungan sosial dengan suku yang lainya dan bangsa lain juga. Suku Lewi idialnya mengambil peranan yang besar dan setrategis itu untuk melakukan belaskasihan kepada sesamanya dibanding dengan 12 suku Usrael yang lainya, karena itu beban moral dan sepiritual.

Tetapi ternyata baik imam maupun Lewi di sini tidak mengambil peranan dan tindakan apapun untuk melakukan pertolongan kepada korban penyamun. Mereka seharusnya pribadi-prinadi penjaga moral dan sepiritual tetapi tugas dan tanggung-jawab diambil oleh orang Samaria kaum yang sudah tersetikma negatif oleh bangsa Israel. Bagaimana tindakan dan perbuatan kasih yang dilakukan oleh orang Samaria terhadap seseorang yang turun dari Yerusalem ke Yeriko yang menjadi korban penyamun? Orang Samaria yang selalu direndahkan martabatnya oleh bangsa Israel Selatan yang jusru tergerak untuk hatinya oleh belaskasihan lalu menghampiri dan membalut luka-lukanya. Lalu menaikan keatas kuda dan membawanya ke penginapanya serta merawatnya, keesolan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, "rawatlah dia dan belanjakan, lebih dari ini aku akan menggantinya waktu aku kembali."

Kata YESUS: " Suapa diantara ketiga ortang ini, menurut pendapatmu adalah sesamamu manusia dari orang yang jatuh  ke tangan penyamun itu? Jawab orang  itu "Orang yang telah menunjukan belaskasihan kepadanya." "Pergilah dan berbuatlah demikian."

Di sini ingin menunjukan  bahwa belaskasihan kepada orang lain muncul dalam diri setiap orang bukan karena derajat pangkat, harta benda kemewahan tetapi belaskasihan itu muncul oleh karena panggilan hati yang telah diterangi oleh ROH KUDUS yang sudah meggerakan hati untuk berbuat demikian. Belaskasihan kepada orang lain bertolak dari iman kepada iman.

Rabu, 23 November 2016

KAMU MAU PILIH YANG MANA BAG 7

TUHAN YESUS juga menggunakan ayat dalam kitab Ulangan 6: 4 ini untuk menjawab beberapa pertanyaan orang-orang Saduki yang tidak percaya terhadap doktrin kebangkitan, karena IA ingin meluruskan dan menyetrukturkan tentang cara berpir yang salah tentang kebangkitan orang mati. Kesalahan berpikir kaum Zaduki tentang kenangkitan orang mati karena mengunakan kacamata berpikir anusiawi (logika manusia).

"Apabila  saudara laki-laki menikah dan meninggal dan belum memiliki anak maka saudaranya harus menikai istri saudaranya itu sampai dia mempunyai anak; pada hari kebangkitan bila mereka bangkit siapa yang menjadi suami perempuan itu sebab ke tujuhnya beristerikan dia"


Kaum Zaduki berpikir tentang kebangkitan dengan pemikiran dunia atau menggunakan logika keumuman manusia sehingga sangat bertolak belakang dengan pemikiran KRISTUS, karena pemikiran-NYA setelah peristiwa kebangkitan daging itu tidak ada istilah kawin mawin atau kehidupan keluarga seperti di bumi. Kaum Saduki gagal memahami apa yang dikatakan Musa sehingga membuat mereka tidak percaya terhadap lebangkitan, "Jika seseorang memiliki saudara laki-laki meninggalkan seorang istri tetapi belum memiliki anak maka saudaranya harus kawin dengan istri saudaranya dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Yang pertama kawin dengan istri saudaranya dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan lalu yang ke dua juga mengawini dia dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Demikian dengan yang ketiga dan begitulah seterusnya, ketujuhnya tidak meninggalkan keturunan  dan akirnya perempuan itupun mati".

Kaum Zaduki berbicara masalah kebangkitan  tidak dengan akal budi yang diterangi Firman TUHAN, tetapi mereka memahami kebangkitan dengan  logikanya sendiri dengan kacamata mata jasmani, selama kaum Zaduki  memahami kebangkitan  dengan pikiran duniawi jelas tidak akan ketemu. Kebangkitan menurut kaum Zaduki harus ada benang merahnya dengan garis keturunan yang berhubungan dengan warisan, setatus sosial atau eksistensi seseirang dihadapan sesama. Hal diatas sangat kontradiktif dengan pikiran KRISTUS tentang kebangkitan yang tidak ada sangkit pautnya dengan hal duniawi. Kebangkitan yang dikatakan KRISTUS adalah yang ada korelasinya dengan hidup kekal karena kebangkitan itu menjadi permulaan kerja-kerja eskatologis ALLAH di akhir zaman. Dengan kebangkitan itulah adalah pintu gerbang menuju Surga yang kekal bersama dengan KRISTUS