Rabu, 17 Maret 2010

HIDUPKU BUKANYA AKU LAGI TETAPI KRISTUS DALAMKU

HIDUPKU BUKANYA AKU LAGI TAPI KRISTUS DALAMKU
Bangsa Indonesia sebenarnya membutuhkan situasi baru yang dijiwai damai sejahera karya agung Kristus yang melibatkan manusia. Untuk mewujudkanya bukanlah sesuatu yang mudah, karena harus melalui perjuangan untuk menyingkirkan kesrakahan, mau menang sendiri, penindasan imperalisme (kolonialisme)birokrasi yang korup, segala bentuk kejahatan dan ketidak adilan yang ingin menghancurkan dunia khususnya NKRI secara pelan-pelan.

Cara hidup Kristus yang rendah hati dan rela berkorban yang harus menjadi barometer bagi kita dan menyadarkan kita akan panggilan Allah untuk mewujudnyatakan damai sejahtera. "Belajarlah kepadaKu karena Aku lemah lembut dan rendah hati", Cara hidup Kristus sudah di tunjukan sejak proses kelahiranya di tempat yang tidak lazim bagi manusia pada umumnya, latar belakang keluarga, bagaimana Dia bermasyarakat dan bersosialisasi adalah pro orang miskin dan tertindas.

Ia adalah pribadi yang rela berkorban dengan nyawaNya dengan menderita di kayu salib mati dan bangkit bagi mereka yang miskin dan tertindas. Hidup Yesus juga diiplementasikan oleh Paulus dengan mengatakan "hidup yang bersepadanan dan menjadi kawan sekerja Allah (EF 2:1-2;Pil 2:3-10.

Cara hidup yang rendah hati yang juga diiplementasikan oleh Yohanes dengan" lahir baru dan manusia baru". Sebelum mengenal Kristus kita hidup dalam kesrakahan, mau menang sendiri, melakukan penindasan,melakukan korupsi, menyalah gunakan wewenang dan jabatan untuk memperkaya diri sendiri. Setelah lahir baru dan hidup baru kita harus mau berjuang melawan ketidak adilan dan mau melakukan pembrantasan korupsi dan hidup benar dihadapan Tuhan.

Untuk saat ini hidup yang rela berkorban untuk orang lain, dan mau menegakan keadilan dan kebenaran sudah sangat langka. Gereja-gereja saat ini adalah gereja yang individulistis kehilangan kasih dan kerendahan hati. Gereja yang seharusnya menghadirkan shalom Allah bukan melahirkan pribadi yang arogan, mau menang sendiri yang mengarah pada keinginanya sendiri.

Gereja selaku umat yang dipanggil menjadi rekan sekerja Allah untuk membawa shalom Allah seharusnya berada di garis depan untu melawan ketidak adilan, justru sebaliknya banyak diantara Anak Tuhan yang menjadi pelaku ketidak adilan dan berprilaku arogansi dan haus kekuasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar