Jumat, 30 Januari 2015

HARI SABAT MELAMPOHI RUANG DAN WAKTU

"Memelihara hari sabatNya dan menghormati hari sabatNya"
Hari Sabat adalah hari ke tujuh,  hari untuk beristirahat, juga disebut tanda perjanjian 

Hari Sabat sebagai peristirahatan, hal ini berkaitan dengan dua hal:
Penciptaan Allah dilakukan selama enam hari dan sabat sebagai peristirahatan, dalam sepuluh hukum Tuhan hari sabat masuk dalam urutan nomor empat, "Ingatlah dan kuduskanlah hari sabat". Disamping berkaitan dengan penciptaan, hari sabat sangat ada hubungan erat dengan aktifitas manusia dari hari pertama sampai hari ke enam dengan melakukan kerja-kerja baik untuk diri sendiri, keluarga dan sesama (kerja-kerja sosial). Ia hanya menghendaki satu hari untuk dikususkan hanya untuk berhubungan antara Allah dan manusia, untuk memuliakan dan menyembah serta memuji Dia.
Karena Allah itu tahu keterbatasan  manusia dalam melakukan pekerjaan baik keterbatasan jasmani maupun keterbatan berpir, pengetahuan dan keterbatasan rohaninya. Tubuh dan pikiran yang lelah perlu diistirahatkan supaya dapat kembali kerja dengan kekuatan yang baru sehingga dapat bekerja dengan maksimal.

Hari sabat  sebagai hari khusus untuk beribadah kepada Allah dan mengistirahatkan tubuh dari kelelelahan bekerja, tetapi juga ternak peliharaan. hari Sabat itu juga bermakna dan berbicara keseimbangan hubungan antara Allah dan umatNya-keseimbangan hubungan antar sesama manusia serta-keseimbangan dengan makluk yang lain (ekosistim) "Tetapi hari ketujuh adalah hari sabat Tuhan Allahmu; maka jangan melakukan pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki atau hambamu perempuan, atau hewanmu  atau orang asing yang ditempat kediamanmu. Oleh Tuhan hari itu dikususkan menjadi hari yang istimewa untuk mengingat dan menguduskanya, dengan mengingat hari Sabat berarti mengingat akan Allah namun juga mengingat sesama. Dalam tataran iplementasi sebagai umatNya sangat sulit mewujudkanya, tetapi sulit bukan berarti tidak bisa, dengan kekuatan  kasih Allah dan kekuatan firmanNya pasti sanggup melakukanya.

Hari sabat sebagai tanda perjanjian dengan Allah 

" Akan tetapi hari sabatKu harus kamu pelihara sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun temurun sehingga kamu mengetahui bahwa Akulah Tuhan yang menguduskan kamu". Kata yang ditekankan dalam ayat ini adalah: kata pelihara dan peringatan, mengapa pemeliharaan  disebut sangat penting karena hari Sabat sudah menjadi ketetapanNya untuk menguduskanya sebagai hari peristirahatan setelah Dia menciptakan langit dan bumi beserta isinya".

Hari Sabat dipelihara kususnya oleh manusia supaya mereka membudayakan hari sabat atau menjadikan hari sabat sebagai budaya, mengapa demikian? Apabila hari sabat sudah membudaya dalam diri umat Allah tentunya hal-hal yang ada kaitanya dengan hari sabat sudah masuk dalam hati sanubari serta ingatan bangsa Israel secara turun temurun. Jika hari sabat sudah mendarah daging sudah barang tentu akan diingat dan dilaksanakanya.

Tetapi ketika hari sabat sudah menjadi budaya dan terpelihara bagi bangsa Israel yang perlu diingat jangan sampai hari Sabat kehilangan makna dan artinya, dengan Hari Sabat Bangsa Israel dapat fokus beribadah memuji dan memuliakan nama Tuhan sedangkan bagi diri manusia itu sendiri, Sabat adalah mengistirahatkan dirinya dari segala aktifitas bekerja mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan beristirahat kesehatan jasmani akan kembali pulih.

Hari Sabat juga bisa menyeimbangkan sepiritualitas(relegiusitas) dan sosialitas, dengan kata lain budaya hari Sabat adalah sarana menjaga  setabilitas iman kepada Tuhan juga untuk menjaga setabilitas hubungan sosial antar sesama. Yang tidak bisa dilupakan hari sabat juga berlaku bagi hewan dan tanaman yang menjadi peliharaan kita untuk beristirahat dari segala aktifitas. Budaya hari sabat juga memberikan kesempatan  kepada para pembantu(budak) dan orang asing yang ada di rumah kita.

Namun jangan sampai budaya hari sabat ini terkontaminasi dengan kepentingan politik dan dipolitisir dari segelintir golongan dengan mengatasnamakan Allah tetapi ternya hanya untuk kepentingan golongan dan pribadinya. Karena  sudah  membudaya hari Sabat kehilangan makna dan artinya, karena mereka melakukan hari Sabat bukan karena mau beribadah kepada Allah tetapi mereka berhari sabat takut dihukum oleh pemimpin-pemimpin agama Yahudi, karena lebih takut kepada manusia dari pada kepada Allah.

Dalam dunia Perjanjian Lama untuk mencari contoh tentang bagaimana oknum-oknum dalam mempergunakan hari Sabat untuk kepentingan sendiri sangat sulit, tetapi di dalam dunia Perjanjian Baru contoh nya sangat jelas:
  1. Ketika orang lumpuh disembuhkan di situ ada beberapa ahli Taurat yang mengatakan "Ia menghujat Allah, jawab Yesus: mengapa engkau  memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu" 
  2. Murid-murid Yesus memetik gandum pada hari sabat; orang farisi berkata"Lihatlah murid-muridMu berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukan pada hari sabat, jawab Yesus kepada mereka: tidakah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk dalam rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutin-Nya kecuali oleh imam-imam, atau tidakah kamu membaca dalam kitab bahwa imam-imam melanggar hukum Sabat di bait Allah namun"?
  3. Jika memang kamu mengerti firman ini:  yang Ku kehendaki ialah belaskasihan dan bukan korban persembahan, tentunya kamu  tidak menghukum orang yang tidak bersalah karena anak manusia Tuhan atas hari sabat"

Diatas adalah contoh peristiwa yang memahami hukum Allah dan firman Tuhan hanya sepotong sepotong dan juga seseorang yang menggunakan ayat-ayat  dalam Firman Allah untuk memuliyakan diri sendiri. Di sini orang Farisi mencoba mempersalahkan murid-murid dari Tuhan Yesus karena memetik gandum di hari Sabat, apa tanggapan terhadap orang tersebut:
Tidakah kamu baca apa yang dilakukan Daud ketika ia dan mereka, Tuhan Yesus ingin menjelaskan bahwa di dalam memahami Firman Tuhan itu harus utuh dan holistik. Dia juga ingin bicara bahwa Firman Allah itu tidak dipolitisir untuk kepentingan diri sendiri, golongan dan kekuasaan semata. Tuhan Yesus juga mengajarkan tentang humanisme atau memanusiakan sesamanya, Ia juga mengajarkan untuk mengetahui latar belakang permasalahan. Pada waktu itu Daud sedang di kejar-kejar Saul yang memusuhinya karena permasalahan tahta kerajaan Israel, kedudukan Saul sebagai raja sedang terancam sedangkan kandidat yang menggantikanya adalah Daud. Saul sudah kehilangan wibawa dan pengaruhnya dihadapan rakyat Israel, semuanya itu hilang dimulai sejak pristiwa Goliat raja pilistin yang menyerang Israel, dalam peristiwa itu Daud sanggup membunuh berlaksa-laksa banyaknya sedangkan Saul hanya berjuta-juta banyaknya. Paska peristiwa itu eksistensi Daud semakin naik dimata Bangsa Israel, dimanapun ia berada selalu dielu-elukan, hal itu yang menjadikan Saul marah dan ingin membunuhnya. Peristiwa, ia sedang di kejar-kerjar oleh Saul dan pengikutnya, sebagai seorang buronan kerajaan tentunya tidak sempat mempersiapkan perbekalan selama dalam pelarian atau karena Daud tidak sendirian perbekalan yang dibawa sudah habis. Karena dia dan pengikutnya mengalami kelaparan sebagai pemimpin yang bertanggung-jawab dia mencari makanan, yang dituju adalah tempat peribadatan (bait suci) untuk meminta roti yang sebenarnya menjadi haknya seorang imam.

Yang menjadi pertanyaan apakah Daud dan pengikutnya harus dihukum karena dianggap melanggar ketetapan Allah, "Yang ku kehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah".

Peristiwa orang Samaria yang murah hati menjadi penegasan bagaimana umat Allah harus bertindak, bersikap dan mengambil keputusan yang benar kepada sesamanya manusia. Yesus membuat gambaran yang luar biasa  untuk menjelaskan tentang pendapatNya terhadap sesama manusia. Ada seseorang yang turun dari Yeriko menuju Yerusalem dalam perjalanya ia dirampok. Bukan hanya harta bendanya yang hilang karena dibawa oleh perampok tetapi ia juga dianiaya terlebih dahulu sampai kondisinya setengah mati lalu ditinggal begitu saja di jalan itu.

Kebetulan ada seorang imam yang melintas disitu tetapi ia berlalu begitu saja tanpa memberikan pertolongan terlebih dahulu. Yang ke dua ada seorang Lewi juga melintas melalui jalan itu namun ia juga sama dengan seorangt imam yang hanya lewat begitu saja tanpa memberikan pertolongan kepada korban perampokan itu. Yang ke tiga melintaslah seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan melewati tempat kejadian perkara.
  1. Perampokan, ketika dia melihat korban tergeraklah hatinya dengan belas kasihan lalu pergi  kepadanya, lalu membalut lukanya
  2. Sesudah itu menyiraminya dengan minyak dan anggur kemudian
  3. mengangkatnya keatas keledai tungganganya
  4. keesokan harinya ia menyerakan  dua dinar kepada pemilik penginapan itu katanya:
  5. rawatlah dia jika kamu belanjakan lebih dari itu aku akan menggantinya waktu aku kembali
Siapakah yang menjadi pemeran utama dalam pristiwa orang Samaria yang murah hati:
  1. Imam, Imam adalah jabatan yang penting dalam umat Israel dengan peranan :mempersembahkan korban, mengadakan doa safaat dan memberi berkat
  2. Lewi, adalah (anggota suku Lewi) mempunyai tugas khusus dalam menyelenggarakan ibadah di bait suci
  3. Samaria, adalah Ibu kota kerajaan Israel utara sejak zaman Amori, pada tahun 722 SM, direbut tentara Asyur, penduduknya dicampur dengan bangsa-bangsa lain, agamapun demikian juga. Dalam Perjanjian Baru Samaria adalah daerah diantara Galilea utara dan Yudea selatan, penduduknya dibenci oleh orang-orang Yahudi karena perbedaan agama dan kebiasaan.

Kalau dilihat dengan mata jasmani dan menggunakan akal sehat seharusnya yang tergerak hatinya dengan belas-kasihan adalah seorang imam dan seorang Lewi, kalau melihat latar belakang mereka memahami Hukum Taurat yang di dalamnya mempunyai hukum kasih kepada Allah dan sesama dengan benar, tetapi yang terjadi justru sebaliknya mereka mempunyai kepekaan sosial dan belas kasihan terhadap sesamanya lebih rendah dibandingkan dengan orang Samaria. Mereka jelas mempunyai cacat moral kalau dilihat dari tugas dan fungsinya, seharusnya keduanya mempunyai rasa empati sebagai bukti bahwa kuwalitas iman  dan moral diatas rata-rata karena mereka adalah ahli-ahli Taurat dan kitab para Nabi. Sayangnya mereka gagal mengaktualisasikan dalam  kehidupan sehari-hari, seorang imam dan seorang Lewi dalam pristiwa tersebut mempunyai gaya hidup yang elitis dan membanggakan jabatan dan setatus sosialnya sehingga ketika ada seseorang yang mengalami musibah kerampokan dan sekaligus penganiayaan tidak tergerak hatinya dengan belas kasihan.

Berbeda dengan orang Samaria yang dianggap mempunyai setandart moral dan sepiritual yang rendah tetapi ketika ada seseorang yang mengalami musibah kerampokan dan sekaligus penganiayaan tergeralah hatinya dengan belas kasihan. Apa bila seseorang sudah tergerak hatinya dengan belas kasihan itu maka:
  1. Ia mau berkorban waktu dan tenaga  yang ia miliki untuk membantu orang lain dengan membalut luka luka-lukanya-mengangkatnya ke atas keledai tungganganya sendiri-membawa kepenginapan dan merawatnya.
  2. Rugi harta benda- menyiraminya dengan minyak dangan anggur-menyerahkan dana dua dinar kepada pemilik penginapan-meminta merawat kalau masih kurang biaya ditambah lagi

Orang Samaria berkorban dan menolong dengan tulus hati dan iklas, dari tindakan kasih inilah sebenarnya sudah bisa diketahui siapa yang mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh dan siapa yang melakukan kasih dengan kepura-puraan. Orang Lewi dan Imam itu lebih membanggakan dirinya sebagai bangsa Israel dan umat pilihanNya dan membanggakan jabatan yang dipundaknya dihadapan mereka yang bukan Bangsa Israel. Tetapi mereka lupa terhadap tugas dan fungsinya sebagai umat pilihan-Nya.

Mereka selalu beribadah, mempersembahkan persembahan dan berdoa supaya mendapatkan penilaian orang lain sebagai pribadi yang agamis dan saleh, tetapi apakah realitanya memang demikian? Ketika mereka melihat orang lain yang menderita tanpa reaksi untuk memberi pertolongan apapun alasanya itu tidak benar. Mereka menganggap bahwa menolong itu bukan bagian dari ibadah kepada Allah dan beribadah itu hanya ketika di tempat ibdah saja baik di Bait Allah atau di Sinagog-sinagog sehingga ketika mereka dalam perjalanan melihat orang yang tergeletak dianiaya dan dirampok tidak tergerak dengan belas kasihan. Karena sesama manusia hanya mereka yang berasal dari golonganya baik para imam maupun kaum Lewi saja. Mereka selalu menganggap diri mereka yang paling kudus dan diluar mereka adalah pendosa dan harus dijauhi serta berpendapat bahwa penghormatan dan kehormatan itu yang utama dan terutama, apabila menolong orang lain tidak menguntungkan dirinya dan tidak ada yang menilainya, menyanjungnya mereka tidak mau menolongnya.

Orang Lewi dan Sebagian golongan imam Yahudi menolong orang melihat situasi dan kondisi, di jalan tersebut banyak orang atau tidak, kemungkinan jalan dari Yeriko menuju Yerusalem jalanya sangat sepi sehingga ada perampok yang berani melakukan aksinya di tempat itu. " Kata kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan" mengindikasikan bahwa jalan tersebut sangat sepi selama duapuluh empat jam atau siang dan malam atau sepinya hanya ketika waktu malam saja atau jam-jam tertentu. Karena jalan yang selalu sepi orang yang berlalu lalang maka sudah wajar apa bila sering terjadi perampokan, dokter Lukas selalu penulis tidak menjelaskannya.

Suku Lewi mempunyai tugas kusus dalam menyelenggarakan ibadah kepada Allah di Bait Suci, yang menjadi pertanyaan, mengapa orang lewi tidak tergerak hatinya dengan belas kasihan karena:
  1. Ia pada saat itu mendapat giliran menyelenggarakan ibadah di baait suci dan terburu-buru
  2. Dia takut bagian tubuh dan pakainya kotor sehingga ia menjadi tidak layak untuk menyelenggarakan ibadah.
  3. Orang Lewi memang sengaja tidak mau menolong orang yang sedang dirampok dan mengalami penganiayaan karena ia bukan berasal dari suku yang sama atau bukan orang Yehudi (bangsa bukan Yahudi) sehingga menganggap tidak perlu menolong orang kafir, dia takut terkena hukuman dari bangsanya sendiri. 
Suku Lewi sebagai salah satu bagian dari umat pilihan Allah sering kontra produktif dengan maksud dan tujuan yang Allah kehendaki karena banyak membanggakan eksistensinya dihadapan suku dan bangsa yang lainya, mereka merasa yang paling sepesial, yang paling kudus di hadapan Allah. Ego sektoral yang mereka tunjukan justru menjadi salah satu kelemahan bangsa Israel untuk menyatu dengan dua belas suku Israel yang lainya. Prinsip sukuisme yang mereka terapkan dalam hidup membuat mereka terpecah belah dan selalu tercengkram oleh bangsa-bangsa lain dan membuat rakyat menjadi sengsara. Suku Lewi sebagai suku yang kehidupanya ada masuk dalam level menengah ke atas interaksinya selalu bergaya hidup elitis. Mereka tidak mau bergaul kepada masyarakat yang berkehidupan ekonomi menengah ke bawah (bersetatus sosial rendah), inilah salah satu indikator mengapa orang Lewi tidak mau menolong orang yang dirampok dan dianiaya, artinya mereka mempunyai jiwa sosial dan moral yang rendah.


Begitu juga sebaliknya orang Samaria sangat dipandang rendah, dianggap pendosa dan pandangan negatif yang lain oleh Yehuda karena memang hidupnya bercampur, agamanya campur dan perkawinanya juga campuran dengan bangsa yang lain. Tetapi dalam realita kehidupan mereka mempunyai jiwa sosial dan suka menolong orang lain serta ia tergerak dengan belas kasihan kepada yang terkena musibah. Belas kasihan, kebaikan, kemurahan, ketulusan bukan ditentukan oleh setatus sosial seseorang. Yang berhak menghakimi dan menentukan sesorang itu berdosa atau tidak itu Allah selaku hakim yang agung bukan sesamanya, jika Dia sudah bekerja tidak ada makluk yang lain yang yang sanggup menghentikan-Nya. Siapa yang menggerakan orang Samaria untuk berbelaskasihan, adalah Ia sendiri karena umat pilihan-Nya sendiri tidak peduli terhadap sesamanya. Kalau tidak ada seorangpun manusia di bumi ini yang mau menjadi alatnya Allah maka batupun bisa dijadikan sarana oleh Dia untuk menolong manusia yang ada dalam penderitaan tetapi Ia juga mempergunakan musuh untuk menghajar umatnya apabila mereka berpaling dari kasihNya Allah. Roh Allah sendiri yang menggerakan Orang Samaria yang dianggap hina dina untuk mempunyai rasa belaskasihan dan kepedulian kepada sesama  karena umat yang telah dipilihNya gagal mengemban tugas itu. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal supaya setiap  orang yang percaya  kepadaNya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal". Orang Lewi dan imam itu menganggap dirinya paling kudus dan paling benar karena beraktifitas di dalam penyelenggaraan Bait Allah, sebaliknya orang Samaria adalah orang yang telah di difonis banyak sekali dosanya karena hidupnya bersatu dengan bangsa-bangsa lain, kawin-mawin dengan bangsa lain, ibadah menyembah Allah bangsa yang lain juga. "Yang membutuhkan tabib bukan orang yang  sehat tetapi orang yang sakit", sebagai orang Samaria yang penuh dengan dosa tentunya butuh yang pengampunan dari sang Mesias yang dijanjikan dalam Kitab Taurat dan kitab para Nabi. Kasih Allah itu bagi dunia yang mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan juru selamat bukan hanya bagi bangsa Israel saja, "Ketika ia mengaku dosa Ia setia dan adil". Keadilan dan kasihNya mengatasi langit, kemulian Tuhan itu mengatasi bumi artinya Ia tidak memandang suku, bahasa dan bangsa tetapi syaratnya mereka berdiri atas firman-Nya pasti mereka dipersatukan dalam persaudaraan yang rukun.

Jangan sampai beribadah di hari sabat karena terpaksa bukan bersal dari hati yang taat dan kasih kepada Allah tetapi karena takut dan himbauan manusia, karena mereka berhari sabat takut dihukum oleh para pemimpin agama Yahudi. Begitu juga dengan kita umat kepunyaan Allah datang dan beribadah kepadaNya di hari sabat supaya dilihat dan di nilai orang sebagai pribadi yang rajin beribadah kepada Tuhan. Memelihara dan menguduskan hari sabat itu harus berangkat dari hati yang takut akan Allah bukan dari keinginan duniawi karena hari sabat itu esensinya bukan soal hari dan waktu (hari Minggu sampai Jumat atau hari senin sampai sabtu) tetapi hari sabat itu bagaimana kita itu mempunyai waktu dan meluangkan waktu untuk beribadah (memuji, memulyakan dan mempersembahkan kepada Tuhan)

Memang Bangsa Israel dalam Perjanjian Lama memahami hari sabat itu persoalan hari dan waktu hari pertama sampai hari ke enam bekerja dan hari ke tujuh istirahat melakukan hari sabat. Penekanan hari sabat lebih kepada hukum normatif dan itimidatif kepada bangsa Israel yang harus ditaati dengan baik, apa bila melanggar akan menerima hukuman mati tanpa dimintai alasan mengapa tidak melaksanakan hari sabat. Hari sabat adalah bagian dari sepuluh hukum Tuhan yang diberikan kepada Musa di Gunung Sinai, karena manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan-Nya makanya manusia tidak menjalankan sabat dengan sempurna. Termasuk di dalamnya hari sabat, apa bila hari sabat hanya dipahami dengan pikiran-pikiran manusiawi (daging) maka yang terjadi kriminalisasi tehadap Bangsa Israel, karena mereka datang ke bait Allah pada hari ke tujuh bukan karena ingin menguduskan dan memelihara hari sabat tetapi mereka berbondong-bondong menghindari hukuman mati dari pemimpin agama Yahudi.

Dalam Perjanjian Lama hari Sabat dibatasi ruang dan waktu karena doa, persembahan kepada Allah melalyu perantaraan seorang imam, kalau imam yang menjadi perantara doa dan persembahan kepada Allah imamnya mempunyai karakter seperti dalam peristiwa orang Samaria yang murah hati (imam itu tidak tergerak dengan belas-kasihan untuk menolong dan merawatnya sampai sembuh manakala ia dalam perjalanya dari Yeriko menuju Yerusalem ada orang yang dirampok dan dianiaya). Berangkat dari hal diatas sudah bisa dijadikan alat untuk mengindikasikan dan menilai bahwa kalau hari sabat itu dipahami dengan dimensi manusia yang penuh dengan dosa maka persembahan, doa dan peribadatan pada hari sabat yang palsu dan penuh dengan kepura-puraan.Ibadah yang sejati dan yang berkenan kepada Allah. "Hanya itu itu saudara-saudara demi kemurahan Allah aku menasehatkan kepadamu supaya kamu supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati"."Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu". Orang Lewidan seorang imam yang berjalan dari Yerusalem menuju Yeriko, tetapi mereka tidak punya rasa belas kasihan terhadap seseorang yang sedang mengalami perampokan dan penganiayaandapat dikategorikan sebagai seorang yang serupa dengan dunia pada hal ibadah kepadaNya dengan memuji, memuliakan dan berdoa adalah melakukan pembaharuan budi.

Yesus berkata bahwa: kedatangan-Nya bukan untuk meniadakan hukum Taurat tetapi menggenapinya, Hari  Sabat yang dibatasi dengan ruang dan waktu dalam Perjanjian Lama itu mampu menjadi alat untuk melakukan pembaharuan budi bangsa Israel yang tegar tengkuk dan hidup serupa dengan dunia.ini. Bangsa Israel terlau sering melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah Ia tetapkan dalam Taurat Musa. Yang lebih menyedihkan lagi banyak para pemimpin agama Yahudi tidak punya integeritas, kapabilitas dan kaspasitas khususnya yang berkaitan dengan iman kepada Allah dan standar moral keimamanya. Tuhan Yesus berkata: "jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari keagamaan ahli ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sesungguhnya kamu tidak akan masuk dalam kerajaan Surga."

Ahli Taurat, Farisi dan Saduki sangat mempengaruhi dinamika perjalana hidup Bangsa Israel, mereka yang seharusnya mempunyai pengalaman sepiritual yang tinggi yang membawa kepada kedewasaan iman dan setandart moral yang tinggi pula seharusnya bisa menjadi teladan dan soko guru di dalam berkehidupan iman kepada Allah Abram, Ishak dan Yakub. Tetapi yang terjadi sebaliknya  mereka selalu menggunakan simbul-simbul rohani (agama) untuk mencari keuntunganya sendiri dan untuk memperkuat eksistensinya pribadi sebagai orang yang berpengaruh dalam pergaulan sosial. Dengan mempergunakan simbul-simbul agama mereka mengkriminalisasikan rakyat Israel, pada hal semua itu hanya untuk menutupi kebobrokanya sendiri sehinggan Yesus dan dan Yohanes pembabtis menyebut mereka dengan sebutan ular beludak. Hari sabat dan hukum Taurat tidak bisa menyelamatkan bangsa Israel dari belenggu dosa, hidup mereka yang penuh dengan dosa selalu ditelanjangi oleh hukum Taurat itu sendiri dan mereka selalu menanti-nantikan sang Mesias untuk menolong hidup mereka dari penindasan bangsa lain penindasan kuasa maut.
 
Melihat dinamika dan romantika bangsa Israel yang tegar tengkuk yang selalu berkontradiksi dengan Allah mengindikasikan bahwa Hukum Taurat tidak bisa membawa Bangsa Israel semakin baik hubunganya dengan Dia demikian juga hubunganya dengan sesama, dengan kata lain Taurat gagal menyetabilkan hubungan antara Allah dan umatNya. Mereka lebih takut kepada hukum Taurat dan hari sabat dibandingkan kepada Allah, disamping itu mereka lebih takut menerima hukuman manusia dari pada takut dengan hukuman dariNya. Hukum Taurat terdiri dari sepuluh titah Tuhan, namun apabila kita gagal melaksanakan satu titah saja secara otomatis sembilan titah yang telah berhasil kita laksanakan secara otomatis sembilan titah tersebut yang telah berhasil dilaksanakan juga dianggap  gagal. Demikian juga dengan Hari Sabat, seandainya umatNya diketahui beraktifitas di hari ke tujuh itu, sekalipun itu hanya kegiatan ringan itu tetap disebut pelanggaran dan konsekwensinya harus menerima hukuman tanpa harus ditanya mengapa, bagaimana dan penyebab mumculnya kegiatan itu. Hal ini menimpa murid-murid Yesus ketika pada hari sabat mereka memetik gandum dan orang-orang Farisi dan Saduki melakukan protes keras kepadaNya. Pemahaman yang salah atas hari Sabat dan hukum Taurat secara otomatis akan salah juga di dalam mengajarkanya kepada umat Israel, Supaya tidak salah secara terus menerus yang dilakukan para pemimpin agama Yahudi harus segera dilakukan gerakan pembetulan dengan cara mengutus anakNya yang tunggal Yesus Kristus.

Dalam dunia Perjanjian Lama Hari Sabat dipahami secara parsial(sepotong-sepotong) sehingga di dalam mengajar dan mengiplementasikan kepada Bangsa Israel menjadi salah, supaya tidak merusak generasi selanjutnya dengan pengajaran yang salah maka harus segera diputus supaya bangsa Israel mempunyai pemahaman yang benar tentang hari sabat dan sepuluh Hukum Tuhan. Oleh pemimpin agama Yahudi pada waktu itu pengajaran hukum Taurat dan hari sabat pengajaranya dibelokan untuk kepentingan diri sendiri dan golongan semata.

 GERAKAN PEMBETULAN 
"Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terhimpit itu. Kalau dahulu Tuhan merendahkan tanah Sebulon dan tanah Nabtali maka kelak kemudian hari Ia akan memuliakan jalan kelaut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain".
"Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang berdiam di negeri kekelaman, diatasnya terang telah bersinar. Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada diatas bahunya dan namanya disebutkan orang penasehat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai.
Besar kekuasaanya dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas tahta Daud dan di dalam kerajaanya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya."


 Kelahiran Kristus menjadi babak baru dalam perjalanan Bangsa Israel selanjutnya, karena sejak kelahiranya saja sudah mempunyai hal  yang berbeda, Ia sendiri dilahirkan oleh ibuNya di sebuah kandang di Betlehem, baru saja Dia lahir keberadaan-Nya sudah membuat tidak nyaman raja Herodes yang mengalami ketakutan karena Yesus adalah bayi istimewa yang disebut oleh nabi Yesaya sebagai penasehat yang ajaib, Bapa yang kekal. Yang namanya gerakan pembetulan itu banyak sekali tantangan dan hambatan yang datang dari kalangan pemimpin agama Yahudi. Penolakan itu salah satunya dengan tuduhan bahwa kedatangan Kristus itu untuk meniadakan hukum Taurat karena memang sering kali aktifitas yang dilakukanya betepatan dengan hari sabat dan bersamaan dengan peribadatan orang Yahudi.

Tuhan Yesus tidak diam manakala ada tuduhan bahwa kedatangan-Nya ingin meniadakan hukum Taurat, Dia juga melakukan klarifikasi kepada mereka yang mensangkakan Dia dengan perkataan "Aku datang bukan untuk meniadakanya tetapi untuk menggenapinya". Mengapa harus digenapi?, apakah taurat Musa tidak sempurna? Firman Tuhan itu sempurna, ya dan amin, tetapi taurat Musa tidak bisa menyelamatkan  mereka dari belenggu dosa. Tetapi jusru sebaliknya melalui hukum taurat itu dosa-dosa manusia dapat terkuak."Akulah Tuhan atas hari sabat"; Yesus mengatakan:"orang yang meniadakan hukum Taurat sekalipun hal yang terkecil ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan Surga", ini berbicara persoalan setatus sosial seseorang. Begitu pula sebaliknya mereka yang melakukan dan mengajarkan segala perintah hukum Taurat ia akan menduduki tempat yang tertinggi di dalam kerajaan Surga".

Allah juga akan memberikan hadiah bagi mereka yang berprestasi serta memberikan hukuman  bagi mereka yang melanggar perintahNya, kontradiksi bagi mereka yang akan meniadakan hukum Taurat akan menduduki tempat yang paling rendah di kerajaan Surga dan bagi mereka yang melakukan dan mengajarkanya akan mendapatkan tempat yang paling tinggi. Keduanya memang hanya menggunakan logika sistim dan hukum pemerintahan baik itu kekaisaran dan kerajaan. Di sini Yesus bukan hanya menggunakan pikiran Surgawi saja tetapi juga menggunakan pikiran manusia yang selalu mengukur segala sesuatunya dengan setatus sosial. Hal senada juga dialami oleh para murid Yesus yang bertengkar berkaitan siapa yang terbesar diantara para murid. Mensikapi hal yang demikian Yesus dengan tegas menjawab:
  1.  Merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil
  2.  Kalau ingin menjadi yang terdahulu hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayanan bagi semuanya
  3. Siapa yang terbesar Sebagai pengikut Kristus kita harus mengenal tata cara berkehidupan sosial, yang memikirkan  setatus sosial (harta, tahta dan wanita atau laki-laki) kehormatan dan penghormatan itu hanya manusia karena ia sangat butuh jati diri dan eksistensi dihadapan orang lain. Pandangan manusia pada umumnya seseorang yang mempunyai harta kekayaan, kemewahan dan jabatan yang tinggi akan mempunyai setatus sosial yang tinggi walaupun di dalam memperoleh semuanya itu dengan cara yang bertentangan dengan kebenaran Allah. Pandangan dunia tentang setatus sosial itu bukan soal kebenaran dan keadilan tetapi soal kekuasaan yaitu menguasai alat-alat produksi dan sumber-sumber produksi (hajat hidup orang banyak), sesorang yang menguasai sumber-sumber produksi secara otomatis mempunyai setatus sosial yang tinggi. Untuk menjadi yang terbesar mereka harus bertengkar dan memerebutkanya. Mereka melakukan dengan berbagai cara termasuk dengan cara-cara yang tidak manusiawi dan bertentangan dengan ketetapan-ketetapan Dia. Bagaimana dengan pandangan dan pikiran Kristus tentang setatus sosial: "Barang siapa  menyambut anak ini di dalam namaKu ia menyambut Dia yang mengutus Aku karena yang terkecil diantara kamu sekalian dialah yang terbesar." Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan bagi semuanya. Barang siapa  ia menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu ia menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya tetapi Dia yang mengutus Aku.  "Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga? "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi anak kecil ini kamu tidak masuk dalam Kerajaan Surga". Sedangkan barang siapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak  kecil ini dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga dan barang siapa menyambut seorang anak-anak seperti ini dalam namaKu ia menyambut Aku. Dalam Injil Lukas siapa yang ingin menjadi yang terdahulu hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayanan dari semuanya, ayat ini berbicara tentang proses dan harus mampu bertahan terhadap dinamika yang harus dijalankan sesuai dengan pemberian-Nya pasti menjadi yang terdahulu. Kata terdahulu  tidak berbicara  waktu dan  usia seseorang tetapi yang terdahulu berbicara pengalaman yang dia punyai karena proses menjadikan dia mampu untuk menjadi yang terbesar. Sedangkan kata semuanya itu mewakili sesama manusia dan dalam kehidupan manusia butuh pemimpin dan yang dipimpin, seorang pemimpin itu harus mampu melayani dan mengapdi, berbeda dengan zaman sekarang seorang pemimpin bukan melayani tetapi minta dilayani. Seorang pemimpin itu harus seorang yang berintegeritas, berkapabilitas dan punya kapasitas, seorang pemimpin harus bijaksana seperti Kristus yang melakukan pendekatan secara humanis antara pemimpin dan yang dipimpinya tidak ada jarak. Kalau dalam Injil Matius: seseorang yang terbesar dalam Kerajaan Surga ukuranya adalah pertobatan atau harus bertobat, mengapa harus bertobat karena Kerajaan Surga berhubungan dengan mengasihi Allah (kekudusan) dan mengasihi sesama (ketulusan).
  4. Pertobatan : Pertobatan ada benang merahnya dengan hubungan antara Allah dan manusia yang telah terputus oleh dosa dan tersambung kembali darah anak domba Allah di kayu salib. Pertobatan itu merendahkan diri seperti anak kecil (berhubungan dengan sesama), karena pada dasarnya manusia yang telah jatuh dalam dosa itu egoismenya sangat kuat, kehidupan yang individualisme mewarnai perjalanan dan dinamika  hidup manusia khususnya yang berkenaan dengan  tahta-harta -wanita atau laki-laki. Yang terbesar itu bisa diartikan dengan tahta atau jabatan sedangkan menurut pikiran dan asumsi manusia kehormatan dan penghormatan terutama di era globalisme ini, seseorang akan mendapatkan kehormatan dan penghormatan apa bila mempunyai harta dan kekayaan yang melimpah dan jabatan yang tinggi. Dunia ini telah dicengkram oleh kapitalisme atau neolivberalisme yang membawa pemisahan, di dalam setruktur masyarakat, yang kaya akan menjadi semakin kaya dan yang miskin akan menjadi semakin miskin. Anak kecil itu mempunyai kejujuran, tidak punya pikiran-pikiran negatif terhadap sesamanya, tidak pendendam, belum mengetahui tahta dan harta dalam konteks rasa ingin memiliki semuanya itu. "Barang siapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu ia menyambut Aku", menyambut anak kecil ada benang merahnya dengan setatus sosial sesorang yang rendah, mampukah kita hidup tidak membedakan  setatus sosial? Senada dengan hukum kasih "kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Siapakah sesamamu manusia itu? Sesamamu manusia itu juga termasuk anak-anak, dalam panggung kehidupan yang sebenarnya, anak anak tidak mendapatkan banyak ruang untuk mengeksplor potensi yang dimilikinya, tidak memiliki ruang untuk berbicara mengeluarkan pendapat, anak-anak acap kali tidak didengar suaranya, sering dianggap bodoh dan tidak mampu melaksanakan tanggung-jawab. Pada umumnya anak secil dipandang sebelah mata dan dilihat dari satu sisi saja yaitu faktor usia, pengetauan dan faktor belum banyak pengalaman. Dalam segala sesuatu yang ada kaitanya dengan tataran pengambilan keputusan anak-anak tidak diikut sertakan, pada hal biasanya orang-orang tidak diperhitungkan keberadaanya itu bisa menjadi penentu keberhasilan atau kemenangan. Pada saat ini banyak anak kekerasan fisik maupun psikologis yang menimpa anak-anak yang dilakukan orang tua maupun orang lain yang lebih dewasa. Banyak anak anak juga menjadi korban perdagangan manusia dan praktek praktek kejahatan terhadap anak yang lainya. Kata "menyambut"  dapat juga diartikan dengan kata "menerima" anak ini dalam namaKu, kalimat ayat diatas bagaimana umat Allah mengajarkan tentang penerapan iman kepada Kristus dalam kehidupan kita sehari hari. Anak kecil yang dimaksud Tuhan Yesus juga bukan hanya bicara masalah usia seseorang tetapi juga berbicara setatus sosial di masayarakat. Anak kecil bisa juga bicara tentang kehidupan orang miskin yang tidak punya alat produksi, miskin kesempatan bekerja, miskin akses informasi juga miskin modal usaha dan lain sebagainya .
 Yang menarik disini adalah  kalimat "menyambut anak ini dalam namaKu sama dengan menyambut Aku"
Menyambut anak ini dalam namaKu berbicara masalah orientasi atau tujuan. Apabila  dalam menyambut setiap aktifitas apapun  bertujuan untuk kemuliaan nama Tuhan dan demi nama Nya itu sama dengan menyambut Allah, hal ini juga bagian dari ibadah dan bentuk-bentuk pelayanan kepada Dia. Kata menyambut anak-anak ini juga mewakili orang-orang yang miskin dan komunitas pinggiran yang lain yang harus dilayani dan dipedulikan keberadaanya.
"Sekalipun aku dapat berkata-kata  dalam semua bahasa manusia dan bahasa malaekat tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong  yang berkumandang dan canang yang gemprincing."
"Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan dan sekalipun iman  yang sempurna untuk memindahkan gunung tetapi  jika aku tidak mempunyai kasih aku sama sekali  tidak berguna."

Menyambut anak ini  dalam namaKu adalah tindakan kasih  baik kepada Allah maupun kepada sesama, "Dan sekalipun membagi-mbagikan segala sesuatu yang ada padaku  bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak memiliki kasih sedikitpun tidak ada paedahnya bagiKu". Menyambut anak ini dalam namaKu  dilakukan dengan tidak mempunyai motifasi untuk keuntungan diri  dan golongan tetapi untuk semata-mata mengasihi Tuhan dan sesama.

Ujian kasih:
1. Kasih itu murah hati
2. ia tidak cemburu
3. ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong
4. ia tidak melakukan yang tidak sopan
5. dan tidak mencari  keuntunganya sendiri,
6. ia tidak pemarah dan
7. tidak menyimpan kesalahan  orang lain,
8. ia tidak bersuka-cita karena ketidak adilan tetapi karena kebenaran ,
9.  ia menutupi segala sesuatu
10. percaya segala sesuatu
11. mengharapkan segala sesuatu
12. Sabar menanggung segala sesuatu

"Iman taanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati" (iman dan iplementasi), bukti kasih kepada Allah dan sesama  adalah tindakan kasih, karena kasih adalah soko guru dari kehidupan manusia (para pengikut Kristus). Barang siapa tidak menyambut  anak kecil ini dalam namaKu ia tidak memiliki kasih, Rasul Paulus mengatakan, seseorang yang tidak mau menerapkan kasih dalam kehidupanya "ia seperti gong yang berkumandang  dan canang yang gemerincing" atau omong kosong, dengan kata lain kasihnya berpura-pura.

Untuk menjadi yang terbesar harus lebih dahulu mau menjadi yang terkecil yang tidak dipandang dan tidak diperhitungkan orang dan terpisah dengan yang lain dan hidupnya tidak pernah diakui eksistensinya baru bisa menjadi yang terbesar dalam kerajaan Surga.Tuhan menjadikan segala sesuatu melalui proses kususnya yang menyangkut  kehidupan manusia prosesnya sangat panjang karena terbentur dengan ruang dan waktu. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa untuk menjadi yang terbesar harus mau bekerja keras membanting tulang baru bisa menjadi orang yang terbesar di mata manusia tetapi belum tentu yang terbesar dimata Allah.

Bapa Abram disebut bapa orang yang beriman karena mampu menghadapi proses panjang yang diberikan Allah kepadanya dengan meninggalkan daerahnya Ur-kasdim, meninggalkan sanak saudaranya dan orang tuanya  untuk pergi ke suatu daerah yang sudah di tentukan oleh Tuhan. Ujian iman yang berat manakala ia diminta Oleh Allah untuk menyerakan anak yang dinanti-nanti kehadiranya hingga usianya seratus tahun untuk diberikan sebagai korban sembelihan kepada Dia. Dengan iman yang tulus  akan janjiNya Tuhan kepada dirinya bahwa keturunanya akan menjadi bangsa yang besar dan masyur sehingga ia menyerahkan anaknya untuk dikorbankan sesuai dengan yang Allah kehendaki. Karena ketangguhan iman Abraham itulah dia disebut bapa orang beriman.

Begitu juga dengan Musa sejak kecil ia sudah menerima berbagai macam tantangan hidup yang besar yang berasal dari raja Firaun, bersamaan dengan kelahiranya ada perintah dari raja Mesir untuk membunuh bayi laki-laki yang berasal dari keturunan bangsa Israel. Apa alasan dari pembunuhan setiap anak laki-laki keturunan orang ibrani yang baru lahir? karena jumlah pendududuk Israel yang ada di Mesir hampir sama banyaknya dengan penduduk bangsa Mesir, sehingga menimbulkan kekawatiran bangsa Israel melakukan pembrontakan atau kudeta kepada pemerintahan Firaun. Dengan alasan itulah orang tuanya mencoba menyelamatkan dengan menghanyutkan bayi tersebut ke sungai Nil, bukan karena kebetulan tetapi rencananya Allah apabila  bayi itu ditemukan istri Firaun dan diangkat menjadi anak angkatnya karena tertarik keelokanya maka tergeraklah istri Firaun dengan belas kasihan.

Sekalipun dia dijadikan anak angkat dan tinggal di istana raja Mesir tetapi darah ibrani yang menglir dalam dirinya dari orang tuanya menjadikan Musa bertindak membela bangsanya Israel, itu terjadi ketika sudah beranjak dewasa ia melihat saudara-saudaranya sesama bangsa Israel menderita karena ditindas bangsa Mesir. Pada suatu hari dia melihat ada sorang Ibrani yang dianiaya bangsa Mesir, rasa patriotismenya muncul, ia menoleh kanan kiri depan belakang melihat ada orang lain atau tidak, setelah dirasa tidak ada orang lain yang melihatnya lalu Musa membunuh orang Mesir itu dan menyembunyikan mayatnya di dalam pasir. Tetapi setelah kejadian itu ada dua orang Ibrani yang sedang berkelahi lalu ia berusaha melerainya namun apa jawan kedua orang itu, "siapa yang mengangkat kamu sebagai pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku sama seperti engkau membunuh orang mesir itu?" Musa menjadi takut sebab pikiranya lalu ia takut dan lari dari Mesir dan  tiba di tanah Median. Yang menarik dalam peristiwa ini adalah Musa menjadi takut sebab pikiranya, perasaan takut yang ada dalam dirinya dan mungkin juga kita sebagai manusia atas konsewensi atas tindakan yang dilakukan, dengan kata lain ayat ini mau mengatakan bahwa ketakutan itu berasal dari pikiran-pikiran kita sendiri pada hal dia sudah dijadikan anak angkat istri Firaun.

Sekalipun pristiwa pembunuhan orang Mesir itu disimpan rapat-rapat dan kepergian Musa dari istana Firaun ini mempercepat dia tahu siapa pelaku pembunuhan orang Mesir itu "ketika Firaun mendengar perkara itu lalu dicarinya iktiar untuk membunuh Musa". Kata "dicarinya iktiar untuk membunuh Musa", dia berusaha melakukan pembunuhan terhadap Musa  tidak dengan frontal yaitu langsung memerintahkan pasukanya untuk mencarinya dan membunuhan tetapi ia melakukan pembunuhan dengan setrategi dan taktik yang halus yaitu tidak diketahui banyak orang baik Ibrani maupun Mesir. Mengapa demikian, karena Musa sudah menjadi anak angkat istri Firaun. Kalau pembunuhan terhadap Musa itu sampai diketahui bersama pasti akan timbul pertanyaan dari seluruh rakyat Mesir dan Israel dan timbul banyak ekses-ekses yang akan mempengaruhi kredibilitas dan setabilitas raja Firaun sendiri. Tetapi semuanya sudah jelas bahwa itu memang dalam rencana Tuhan Untuk kemuliaan namaNya.
Tanah Median menjadi tempat pendidikan dan pelatiahan karakter kepemimpinan bagi Musa sebelum menjadi pemimpin bangsa Israel karena faktanya penderitaan akibat penindasan raja Firaun tidak membuat Israel menjadi sadar lalu bertobat. Mereka suka mengeluh dan berseru-seru minta pertolongan, seruan itu ternyata sampai  dan didengarNya baru Dia ingat perjanjianNya dengan Abraham, Ishak dan Yakub dimasa yang lalu sehingga Ia memperhatikan bangsa Israel. Setelah ia sampai di Median apa yang dilakukan oleh Musa:
  1. Ia hanya duduk-duduk ditepi sebuah sumur
  2. Musa menolong  tujuh perempuan yang sedang menimba air di sumur untuk memenuhi palungan untuk memberi minum kambing dombanya
  3. Mengusir para gembala yang ingin menguasai sumur tersebut
  4. Tinggal di rumah imam Yetro di tanah Median
  5. Musa oleh imam Yetro dikawinkan dengan Rehuwelah Zepora, dalam perkawinan itu melahirkan seorang anal laki-laki yang diberi nama Gersom
Aktifitasnya sebagai seorang gembala membawa pengalaman yang luar biasa dalam diri Musa, direncanakan atau tidak sebelumnya dalam penggembalaanya sampai ke gunung Horep yang disebut gunung Allah, lalu malaekat Tuhan menampakan diri kepadanya. disitulah ia mendapatkan pengalaman sepiritual yang luar biasa yaitu:
  1. Musa melihat semak duri yang menyala-nyala tetapi tidak terbakar
  2. Musa dipanggil Tuhan secara langsung ketika ia mau melihat semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar oleh api itu
  3. Perintah Tuhan untuk melepaskan kasutnya  karena yang diinjak adalah tempat kudus (Alah berdiam)
  4. Allah memberitahu siapa diri-Nya, yaitu Allah ayahnya, Abraham, Ishak dan Yakub
  5. Allah mengutus Musa untuk pergi kepada Firaun
  6. Musa berbantah-bantah dengan Allah mengenai pengutusan dirinya " siapa aku ini", maka aku yang akan menghadapi Firaun dan membawa Israel keluar dari tanah Mesir. Musa menanyakan nama diriNya seandainya ada pertanyaan tentang siapa yang mengutusnya (bertanya eksistensinya Allah). Ia juga memerintahkan Musa untuk menemui dan mengumpulkan tua-tua Israel untuk menandaskan bahwa bahwa dia adalah seseorang yang diutus Allah untuk membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Selanjutnya menemui Firauan  untuk pergi ke padang gurun mempersembahkan kepada Tuhan. Tetapi Ia tau bahwa Firaun sulit untuk mengabulkan permintaanya kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat. Musa masih ragu dan takut kalau bangsa Israel tidak mendengar perkataanya, untuk membuat Musa percaya diri maka Allah menjadikan tongkat yang dibawa Musa apabila  dilempar ke tanah berubah menjadi ular. Allah juga memerintahkan Musa untuk memasukan tanganya ke dalam bajunya setelah ditarik tanganya keluar maka tangan tersebut berubah menjadi putih (terkena penyakit kusta) namun setelah itu Dia memerintahkan Musa untuk memasukan tanganya ke dalam bajunya kembali, setelah ditariknya penyakit kustanya menjadi sembuh. Jika mereka tidak percaya mujizat yang pertama maka akan percaya mujizat yang kedua dan apabila mereka tetap tidak percaya mujizat yang ke tiga yaitu: Allah memerintahkan kepada Musa untuk mengambil air di sungai Nil dan dicurahkan ke tanah yang kering maka air tersebut akan berubah menjadi darah di tanah yang kering itu Ketiga mujizat yang telah Ia perlihatkan kepadanya masih belum membuat dia yakin dan muncul keberanian untuk menerima panggilan Allah, katanya kepada Tuhan "ah Tuhan aku ini tidak pandai bicara dahulu pun tidak, sejak Engkau berfirman kepada hambamu sebab aku berat mulut  dan berat lidah".Tanda-tanda kemurkaan Tuhan terhadap sikap Musa yang belum percaya terhadap pristiwa yang luar biasa yang ditunjukan kepadanya itu sejak ia berbantah-bantahan  dengan-Nya, puncaknya Ia berkata "siapa yang membuat lidah manusia, Siapa membuat orang bisu atau tuli, orang buta melihat, bukankah Aku, yakni Tuhan. Oleh sebab itu pergilah  Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau apa yang harus engkau katakan".
Untuk menopang kerja-kerja Musa yang kurang percaya  diri berbicara dihadapan orang banyak maka Allah memberikan rekan untuk bekerja yaitu Harun saudaranya sendiri, mengapa harus dia? "Aku tau bahwa ia pandai bicara", maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutny. Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepadamu  apa yang harus kamu lakukan. Harun harus berbicara bagimu kepada bangsa itu dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya.

"Dan bawalah tongkat ini ditanganmu yang harus kau pakai untuk membuat tanda-tanda mujizat"
Kerja-kerja mereka yang akan dilakukan bagi Israel, ada dua hal besar yang menjadi penekanan:
  1.  Berkenaan dengan panggilan  yang diberikan kepada hambanya, apabila Dia sudah memanggil manusia dalam pekerjaan-Nya maka tidak ada yang sanggup menolaknya termasuk Musa, dengan berbagai macam alasan tentang kelemahanya dan ia mencoba menghindar dan menolak panggilan-Nya namun Dia tidak bergeming untuk tetap menjadikanya menjadi pemimpin bangsa Israel.
  2. Berkenaan dengan kepemimpinan dan pembagian tugas, dalam hal ini sekalipun usianya Musa lebih muda dari pada Harun namun Allah tetap memilih Musa untuk menjadi pemimpinn bangsan-Nya tersebut sedangkan tugas dari pada harun hanya sebagai juru bicara, juru runding dan negosiator saja."Kamu harus berbicara kepadanya  dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya", berbicara kepadanya berkaitan dengan tugasnya sebagai penyambung lidah Musa kepada bangsa Israel. Sedangkan menaruh perkataan dalam mulutnya itu berkaitan dengan perkataan-perkataan yang ingin disampaikan kepada bangsa Israel soal bentuk dan isinya, maksud dan tujuan-Nya dan Musa. Jangan sampai perkataan harun kepada bangsa Isrel tidak singkron dengan apa yang kehendaki Musa tetapi apa yang disampaikan  oleh Harun berasal dari kehendaknya sendiri. Yang menarik disi adalah: "engkau akan menjadi seperti Allah baginya", perkataan itu dan  ada benang merahnya dengan perkataan, "ia akan menjadi penyambung lidah bagimu". Harun menjadi penyambung lidahnya Musa sedangkan Musa menjadi penyambung lidah Allah. Inilah konteks dari perkatan tersebut diatas yaitu berkenaan dengan kata penyambung lidah dan tidak ada kaitan dengan kekuasaan dan otoritasNya yang lain terhadap kealahaan-Nya.

Allah disini melakukan gerakan pembetulan  dengan menunjukan bagaimana Dia memilih seseorang untuk menjadi pemimpin umatNya, mengapa Allah memilih Musa bukan Harun, kalau kreteria pemilihan seorang pemimpin dilihat dari pikiran manusiawi bukan faktor sepiritualitas sudah bisa dipastikan Harunlah yang terpilih karena memiliki keriteria tersebut. Tetapi Dia sudah memiliki kriteria sendiri yang tidak bisa diganggu gugat oleh  siapapun manusia di dunia ini, yang membuat Allah memilih Musa sebagai seorang pemimpin mempunyai loyalitas  terhadap Allah, dan  sesamanya manusia dan bangsa Israel sudah teruji.

  1.  Manakala  ia membela orang Israel yang sedang berkelahi dengan orang Mesir, ia membela sesorang yang bersal dari keturunan Israel dengan membunuh orang Mesir itu  dan disembunyikan ke dalam timbunan pasir, dengan kata lain ia telah membela bangsanya, inilah potensi yang dimilikinya sebagai seorang pemimpin.
  2. Ketika ia sudah sampai di Median  dia menolong tujuh perempuan anak imam Yetro yang sedang menimba air untuk mengisi palungan supaya kambing domba mereka dapat minum. Lalu datanglah Musa untuk membela  yang sedang diganggu oleh para penggembala, sesudah itu Musa menimba air di sumur untuk mengisi palungan itu.
  3. Musa tinggal di rumah imam Yetro diambil menantu olehnya karena ia dinikahkan dengan Rehullah sepora, dia di Median menjadi seorang pengembal kambing domba mertuanya sehingga dengan aktifitas tersebut dapat berjumpa dengan Allah.
ANTARA PANGGILAN, JABATAN DAN KEHORMATAN
Tiga pengalaman yang berbeda yang dialami oleh Musa yang membedakan antara Musa dan Harun, dia memang pandai berbicara tetapi belum ada pengalaman yang berkaitan dengan jabatan seorang pemimpin. Namun Allah melihat bahwa Harun akan bisa menjadi solusi dan akan mampu melengkapi kekurangan yang ada dalam diri Musa dalam memimpin bangsa Israel. Musa adalah contoh kongkrit apa yang dikatakan Kristus: Tuhan Allah selalu  memilih seseorang menjadi pemimpin bangsa itu harus mampu melewati sebuah proses dari bawah yaitu dengan mau menjadi seorang gembala. Dengan menjadi seorang gembala ia bisa belajar tentang kehidupan orang miskin yang selalu tertindas oleh para penguasa, tuan tanah dan pemilik modal.
Musa bisa menjadi pemimpin besar karena dia mau tunduk dan taat kepada semua ketetapan Allah, disamping itu ia adalah pribadi yang rendah hati sehingga mau berinteraksi  dengan semua kalangan masyarakat termasuk kaum miskin (rakyat jelata). Yang paling menentukan mengapa Musa menjadi orang yang besar adalah faktor panggilan Allah kepadanya untuk menjadi pemimpin bangsa Israel, dengan kata lain faktor Allah adalah yang paling dominan dari pada faktor manusia atau alamiah, faktor yang alamiah datang dari interen maupun eksteren.

 Faktor alamiah yang datang dari dalam diri sendiri  adalah ketidak percayaan pada diri sendiri, ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan dalam mengambil sikap "bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku", melainkan berkata:"Tuhan tidak menampakan diri kepadamu"? Sifat penakut  dan kurang percaya diri tidak bertumbuh sekalipun Allah memberi tiga hal.
  1. Tongkat: apabila dilemparkan ke  tanah bisa menjadi ular
  2. Allah memerintahkan untuk memasukan tanganya ke dalam bajunya, setelah tangan itu di tarik, warnanya berubah menjadi putih seperti salju, hal itu pertanda bahwa ia terkena penyakit kusta. Setelah tangan itu dimasukan ke dalam baju dan ditarik kembali penyakit kusta itu hilang kembali.
  3. Musa diperintahkan untuk mengambil air sungai Nil, lalu dicurahkan diatas tanah yang kering, lalu air tersebut bisa berubah menjadi darah

Ketiga pristiwa sepektakuler yang telah ditunjukan Allah kepada Musa tidak membuat keberanianya menjadi muncul dan tetap berkelit dari panggilan-Nya dan berkata:  "ah, Tuhan aku ini tidak pandai bicara dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hambaMu, sebab aku ini berat mulut dan berat lidah". Karena ia masih berkelit dari panggilan-Nya Dia berkata dengan keras "siapa yang membuat lidah manusia, siapa yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang buta atau melihat bukanlah Aku, yakni Tuhan". Oleh sebab itu pergilah Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau apa yang harus engkau katakan. Apa yang disampaikan Tuhan itu sangat tegas" Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau apa yang harus engkau katakan. Namun Musa tetap berusaha untuk menghindar dari panggilan-Nya dengan mengatakan: "ah Tuhan utuslah kiranya siapa saja yang patut Kau utus".

Lalu bangkitlah murka Tuhan terhadap Musa dan Ia berfirman"Bukanlah disitu Harun, orang Lewi itu kakakmu, Aku tau bahwa ia pandai bicara, lagi pula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat  engkau ia akan bersuka-cita dalam hatinya". Kata bangkitlah murka Tuhan kepada Musa itu berbeda dengan murkanya Dia manakala melihat Bangsa Israel yang tegar tengkuk dengan menyembah Allah lain selain diriNya, melakukan kawin campur dan tindakan pelanggaran yang lain. Murka Tuhan terhadap diri Musa ini bagaian dari dorongan semangat suapaya ia mempunyai rasa kepercayaan diri yang tinggi untuk melakukan panggilan Allah menjadi pemimpin mereka. kata murka Tuhan terhadap Musa sifatnya buka hukuman tetapi ajakan seperti orang tua memarai anaknya. Supaya ia mempunyai sepirit yang tinggi untuk menerima panggilaNya "bukankah di situ Harun", Allah mau menunjukan bahwa Musa tidak berjuang sendiri dalam menjalani panggilan-Nya tidak sendiri tetapi Ia menunjuk kakaknya yang bernama Harun. Mengapa harus Harun? Ia adalah kakaknya Musa yang pandai bicara  dan berani berbicara di muka umum, dengan berpatner denganya Dia menghendaki bahwa misinya untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir dapat terealisasi.

Peristiwa yang dialami Musa adalah pristiwa alamiah atau manusiawi, sebagai manusia dia tidak bisa melakukan tugas panggilanya seorang diri tanpa bantuan orang lain, sekalipun banyak talenta yang ia punyai yang diberikan Tuhan baginya tetapi tanpa bantuan orang lain Musa merasa tidak bisa berbuat sesuatu dengan baik. Musa dan Harun adalah contoh bagaimana persaudaraan yang rukun itu bisa  dibangun hasilnya sangat dasyat karena berkat kerja sama keduanya. Berkat kerja-sama yang baik antara keduanya tua-tua Israel dapat dikumpulkan untuk menerima penjelasan tentang pengutusan Musa untuk menjadi pemimpin Bangsa Israel yang ada dalam penjajahan Bangsa Mesir serta mau diajak berdiskusi membahas Israel ke depan.

Dengan kasih dan kebersamaan antara Allah, Musa dan Harun segala persoalan dapat diatasi dengan baik, karena bersama dengan Dia dapat melakukan perkara yang besar dan semua tidak ada yang mustahil bagi-Nya karena bersama Allah ada jalan keluar bagi setiap permasalahan dan kesulitan hidup, karena kuncinya adalah taat dan kasih kepada Allah. Dalam hal ini Allah memang benar-benar melakukan gerakan pembetulan terhadap seorang yang menjadi calon pemimpin karena itu menjadi pekerjaan yang sangat pokok untuk dilakukan karena maju mundurnya suatu negara dan bangsa salah satunya ditentukan oleh seorang pemimpin. Dalam hal ini adalah Israel dapat keluar dari penindasan bangsa Mesir sangat tergantung kepada Musa dalam kepemimpinanya dan ketaatan dan kasihnya kepada Allah dan merespon panggilan-Nya itu.

Menemui dan mensosialisasikan panggilan Musa untuk memimpin Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan, dalam hal ini kerja-kerja Harun sebagai orang yang pandai berbicara sangat dipertaruhkan. Kemampuan untuk menyakinkan bahwa Musa itu orang yang telah dipanggil Allah untuk menjadi pemimpin bangsa Israel sementara itu tua-tua Israel yang terkenal tegar tengkuk itu menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk berhasil meyakinkanya namun kuasa Tuhan dan pengetahuan yang telah diterangi kasihNya membawa keberhasilan yang luar biasa.

Kemampuan di dalam bernegoisasi dari mereka berdua sangat penting karena dalam kehidupan nyata itu orang tua itu sangat memandang rendah kemampuan orang muda untuk memimpin sebuah bangsa. Orang-orang tua biasanya sangat egois sehingga regenerasi kepemimpinan kurang dipandang perlu. Mereka takut kehilangan kehormatan dan penghormatan dan mereka juga tidak mau kehilangan jabatan. Pandangan umum tentang jabatan itu sangat identik dengan kesejahteraan dan kemakmuran hidup maka dari itu antara jabatan, harta dan kehormatan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Hal diatas menjadi tantangan tersendiri bagi Musa dan Harun sebagai seorang pemimpin muda untuk mampu meyakinkan tua tua Israel, integritasnya, kapabilitas dan kapasitasnya sebagai seorang pemimpin yang berpengetahuan dan bersepiritual dihadapan tua tua Israel. Selanjutnya mereka berdua dikawal tua-tua Israel diuji kemampuanya di dalam bernegoisasi dengan raja Firaun untuk mengijinkan Bangsa Israel memberikan persembahan  kepada Allah di padang gurun, namun yang paling pokok disini adalah mereka dapat mengumpulkan tua-tua Israel untuk mensosialisasikan Panggilan Allah kepada Musa untuk menjadi pemimpin yang dikehendaki-Nya dihadapan  tua-tua Israel, soal keberhasilan bernegoisasi dengan Firaun itu persoalan kedua. Karena Dia sendiri berkata "Tetapi Aku tau bahwa raja mesir tidak membiarkan kamu pergi kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat".Allah disini menguji komitmen Musa, keberanianya dan menguji kekompakan dan kesehatian mereka berdua dalam bekerja memenuhi panggilan Allah, sebagai seorang pemimpin ia harus mampu menyelesaikan pemasalahan kebangsaan baik yang datang dari interen maupun yang datang dari eksteren., makanya Allah memberikan pengalaman-pengalaman itu kepadanya karena Dia tau bahwa raja Mesir tidak akan memberikan mereka pergi dari Mesir begitu saja.

Begitulah cara Allah  melakukan gerakan pembetulan kepada bangsa Israel karena Ia tahu bagai mana dosa itu merusak sendi-sendi iman, kebenaran  kasih sehingga prilaku manusia penuh dengan  keinginan daging yang berpandangan bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah tujuan utama manusia. Mereka suka plesiran, pesta-pora dan hal itu dijadikan gaya hidup, disamping itu mereka cenderung memuaskan napsu kedagingan. Pada saat ini kehidupan hidonis sudah menggejala diawali dari gengsi tinggi dengan menonjolkan  sesuatu yang bermerek-merek yang terkenal dan mahal, mereka juga memakai dan membawa simbul-simbul dan kemewahan lainya. Maka dari itu untuk menghindari praktek-praktek hidup yang demikian Ia melalui Musa dan harun hadir ditengah-tengah tua-tua Israel supaya mereka sadar dan kembali kepada pangkuan Allah lagi, sedangkan bagi yang belum mengerti menjadi mengerti dan bergerak  bangkit kembali kepada tanah perjanjian yang telah Dia sediakan bagi mereka.

Dalam pristiwa ini Mesir atau Firaun simbul dari Dosa dan pembangkangan dari pembangkangan terhadap pemerintahan Allah, lambang dari imperialisme, penindasan manusia atas manusia  dan tindakan kejam yang lain. Karena Israel berada dalam situasi penindasan harus ada seseorang yang berani tampil untuk menjadi pemimpin untuk melepaskan dari belenggu-belenggu penjajahan tersebut menjadi bangsa yang merdeka. Sejak pristiwa Adam dan Hawa makan buah pengetahuan baik dan jahat manusia juga ada dalam penindasan dan cengkraman iblis dan dosa, kalau ingin terbebas merdeka dari perbudakan dan kuasa iblis harus mempunyai keberanian untuk keluar  dari belenggu itu. Kalau Israel keluar dari Mesir, Musa yang memimpinya, sedangkan kalau manusia ingin keluar dari belenggu dosa harus berani dan mau dipimpin oleh Kristus.

PEMERINTAHAN  ALLAH DAN PEMERINTAHAN IBLIS

Yang terpenting dan terpokok dalam gerakan pembetulan itu:
 Kuat di dalam Tuhan (kuat di dalam kuwasa-Nya,) untuk mampu melaksanakanya harus mau mengenakan perlengkapan senjata Allah supaya dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis. Sebab perjuangan kita bukan melawan darah dan daging tetapi melawan pemerintah-pemerintah-melawan penguasa-penguasa--melawan penghulu-penghulu  dunia yang gelap-melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambilah perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat mengalahkan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Berdirilah tegap, berikat pinggangkan kebenaran, berbaju sirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera, dalam segala keadaan pergunakanlah prisai iman, sebab dengan prisai itu kamu dapat memadamkan panah api dari si jahat, trimalah tropong keselamatan dan pedang Roh (firman Allah)

Dalam segala doa dan permohonan berdoalah setiap waktu di dalam Roh, berjaga-jagalah di dalam doamu dengan berdoa yang tidak terputus-putusnya untuk segala orang kudus juga untuk aku supaya kepadaku jika aku membuka mulutku dikaruniakan perkataan yang benar agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil yang ku layani  sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan  keberanian  aku menyatakan pendapat sebagaimana aku berbicara.

"Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging"
Perjuangan atau berjuang yaitu suatu kegiatan atau usaha seseorang untuk terus menerus beraktifitas demi tercapainya suatu impian atau segala sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya.
Rasul Paulus berkata"perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging", darah dan daging mewakili individu perseorangan (diri sendiri maupun orang lain), kelompok orang. Setelah seseorang itu bertobat yaitu mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan juru selamat secara pribadi hal-hal yang berkaitan dengan keinginan dan mementingkan individu sudah selesai. Maksudnya adalah : segala pikiran dan tindakan  yang berorientasi pada individu atau daging yang bermuara pada keuntungan pada diri sendiri atau golongan  harus ditinggalkan dan dimusnahkan dari tabiat pribadi. "Hidupku bukanya aku lagi tapi Yesus dalamku.
"melawan pemerintah-pemerintah"
Apa yang disebut pemerintah-pemerintah adalah sebuh sistim dan sebuah kebijakan dari penguasa yang terdiri dari sedikit orang yang tidak berpihak kepada rakyat yang jumlahnya jauh lebih banyak. Pemerintah itu berkewajiban melindungi, mencerdaskan dan menyejahterakan rakyatnya sehingga tercipta keadilan masyarakat. Bagaimana supaya para pemimpin itu memerintah itu dengan bijaksana? perintahlah bangsa ini dengan kasih dan mau meneladani Kristus, namun saat ini pemerintah-pemerintah melakukanya dengan tangan besi, menggunakan wewenangnya untuk menindas rakyat yang lemah karena mereka hidup berada dalam garis kemiskinan untuk memperkaya dan melanggengkan kekuwasaanya, Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang takut akan Tuhan.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar