Minggu, 21 Juni 2015

PAHLAWAN YANG SEJATI 4

MIMPI YANG MENJADI KENYATAAN

Setelah selesai menyeleksi dan merampingkan pasukan dari sepuluh ribu orang menjadi tigaratus orang, Allah memerintahkan untuk melakukan pengintaian di perkemahan musuh. Apa perintah yang diberikan kepada Gidion dalam mengintaian:
  1. Setelah sampai di Wilayah perkemahan musuh Gidion mendengarkan apa yang mereka katakan, dengan itu ia mempunyai keberanian dan mengetahui kekuatan musuh yang digambarkan seperti belalang jumlahnya, artinya jumlah tentara Median sulit dihitung oleh mata jasmani karena memang terlalu banyak jumlahnya,ontanya tidak terhitung dan digambarkan seperti pasir dilaut.
  2. Setelah Gidion sampai di tempat perkemahan musuh, ada seseorang yang sedang menceritakan mimpinya Tampak sekeping roti jelai masuk dalam perkemahan orang Median setelah sampai dikemah ini dilangganyalah kemah ini  sehingga roboh dan dibongkar-bangkirkan sehingga kemah ini habis roboh. Lalu temanya menjawab, "ini tidak lain dari pedang Gidion bin Yoas orang Israel itu. Allah telah menyerahkan orang Median dan seluruh perkemahan ini ke dalam tanganya."
 Setelah menceritakan  mimpinya itu Gidion membagi pasukan menjadi tiga bagian yang jumlahnya tiga ratus orang dan ke tangan mereka diberikan sangkakala, buyung kosong dengan suluh di dalam buyung itu, setelah selesai dibagikan maka mereka harus memperhatikan aku dan lakukan seperti yang aku lakukan.

Dalam peperangan ini ada hal yang tidak lazim karena tiga ratus pasukan ini tidak membawa perlengkapan senjata layaknya pasukan perang yang lainya, karena mereka dalam berperang membawa sangkakala, buyung kosong yang di dalamnya ada suluhnya.
Sangkakala adalah: sejenis alat tiup yang terbuat dari cangkang kerang, mengapa alat tiup ini disebut  sangka karena ditiup secara berkala atau dibunyikan secara berkala? Karena pada Zaman dahulu sangka-kala berfungsi untuk meminta perhatian dari orang banyak ketika hendak mulai berperang dan untuk mengumpulkan prajurit serta masih banyak lagi kegunaanya.

Buyung adalah: Dalam kamus besar bahasa Indonesia buyung itu tempat untuk membawa air yang terbuat dari tanah, demikian pula dengan terjemahan global berkenaan dengan buyung adalah alat untuk membawa air yang terbuat dari tanah.

Suluh dalam Kamus besar bahasa Indonesia adalah untuk menerangi yang terbuat dari daun kelapa yang sudah kering istilah populer di pedesaan sama dengan obor.

Ketiga hal diatas mengandung maksud supaya mereka sadar bahwa yang berperang melawan Median itu adalah Allah, mengapa demikian? karena logika umum berperang tanpa membawa persenjataan seperti pedang, tombak dan persenjataan perang yang lainya itu sama dengan bunuh diri. Namun Allah memerintahkan ke tigaratus pasukan Gidion itu hanya membawa sangkakala, buyung kosong yang di dalamnya ada suluhnya. Allah disini mau menunjukan kuasaNya bahwa kalau mereka itu menyembah Dia dan mengandalkan-Nya dalam segala hal pilihan mereka tidak salah. Allah juga ingin mengajarkan kepada bangsa Israel untuk mencapai kemenangan dalam melawan musuh itu bukan semata-mata karena banyaknya pasukan dan persenjataan yang hebat tetapi iman, setrategi dan akal budi.

Allah melalui Gidion memerintahkan untuk menggunakan sangkakala, buyung dan suluh itu pada malam hari pada saat pergantian jaga, Sangkala ketika ditiup bersamaan bisa memekakan telinga dan membuat pasukan Median itu menjadi terkejut dan mengira ada musuh yang sedang menyerang sehingga mereka baru bangun tidur dan pandangan mereka masih kabur sehingga teman disekitarnya dikira musuh yang sedang menyerang sehingga pada akhirnya mereka saling membunuh antar teman. Sedangkan buyung yang dipecahkan bersamaan juga menimbulkan suara seperti roda kereta yang sedang menyerbu perkemahan pasukan median. Begitu juga dengan Obor atau suluh yang menyala dengan tiba-tiba secara bersamaan itu juga akan menyilaukan mata serta menambah kepanikan dan menurunkan mental mereka dalam berperang sehingga hanya dengan alat yang sederhana itu musuh bisa di tunggang-balikan.

Yang terpenting dalam hidup kita para pengikut Kristus kalau Allah dipihak kita siapakah lawan kita, selanjutnya Dia juga memberikan pembelajaran bagi kita bahwa ketaatan kepada Allah dan kepada pemimpin adalah mutlak hukumnya, disini kata kuncinya adalah "perhatikanlah aku dan lakukanlah seperti yang ku lakukan." Kata perhatikanlah aku dan lakukan seperti seperti yang ku lakukan", panca indera yang berperan adalah mata dan telinga sebagai bagian tubuh yang yang berfungsi untuk mendengar dan melihat supaya tidak salah dalam bertindak. Gidion sebagai seorang pemimpin bukan hanya main perintah tetapi juga memberikan teladan dengan memberikan contoh-contoh sehingga pemimpin itu mampu menjadi panutan bagi yang dipimpinya. Apa bila seorang pemimpin berorientasi kepada kepentingan diri sendiri, keluarga dan golonganya saja maka dia bukan pemimpin yang baik, seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memberi teladan kepada yang dipimpinya baik pikiran, perkataan dan tindakanya harus sama, rasul Petrus mengatakan "ya katakan ya tidak katakan tidak selebihnya itu adalah perkatan sijahat". Negara ini supaya baik membutuhkan pemimpin-pemimpin seperti Gidion yang datang dan muncul dari antara kita para pengikut Kristus, siapkah kita mengemban tugas tersebut? yang bisa menjawab hanya diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar